top news bay_info

Kamis, 13 Desember 2012

Nilai positif dari dijajah bangsa lain

     Suatu ketika kita melihat beberapa fenomena yang ada di tengah masyarakat sangat jauh berbeda dengan apa yang diharapkan oleh para pendiri bangsa ini. Pada zaman penjajahan dulu banyak sekali keteraturan yang ada di tengah masyarakat, seperti penggunaan sungai dengan benar ataupun kepatuhan masyarakat Indonesia pada hukum yang berlaku saat itu. Zaman sebelum Indonesia merdeka ada pluralisme hukum yang berlaku, yaitu hukum barat yang digunakan oleh bangsa Eropa dan hukum adat yang digunakan oleh bangsa Indonesia. Namun bukan berarti orang Indonesia tidak bisa dijerat oleh hukum barat, orang Indonesia bisa saja dijerat oleh hukum barat dikarenakan dianggapnya orang Indonesia tunduk terhadap hukum barat.

     Kepatuhan orang Indonesia pada zaman itu barangkali didasarkan pada kekhawatiran mereka akan tegasnya sanksi yang diberikan oleh bangsa penjajah. Namun dengan itu kultur masyarakat Indonesia yang terkenal dengan sikap malasnya akan berubah menjadi masyarakat yang giat berkerja. Masyarakat Eropa yang terkenal dengan perencanaannya benar - benar membuat wilayah Indonesia seperti surga dunia. Pada zaman 1900-an wilayah Indonesia merupakan tujuan wisata favorit bangsa Eropa. Bayangkan saja banyak sekali pepohonan yang rindang di sekitaran kota - kota besar di Indonesia, membuat para wisatawan merasa sejuk sepanjang perjalanan.

     Bukan hanya itu sungai - sungai pun sangat jernih dan bersih  membuat kota - kota di Indonesia menjadi layaknya kota - kota yang ada di Eropa yang terawat keasriaannya. Tata kota yang dibangun di Indonesia oleh bangsa Eropa sudah direncanakan dengan sangat matang, seperti letak tempat tinggal penduduk yang berdekatan dengan pusat studi dan pasar. Hal ini membuat masyarakat mudah mengakses kemana pun.

     Jalan - jalan yang dibuat pada masa penjajahan sangat berbeda dengan yang ada sekarang, pada zaman dahulu meskipun pembuatan jalan - jalan dibangun atas dasar kerja rodi. Namun hasil yang diberikan sangat maksimal dan brilian, kenapa tidak ? coba lihat jalan yang dibangun oleh Sang Jenderal Tangan Besi, yaitu Daendels. Jalan yang dibangunnya sangat kokoh dan sangat bermanfaat hingga sekarang. Berbeda dengan jalan - jalan yang dibangun saat ini. Mungkin usia jalan baru satu tahun atau kurang sudah rusak kembali. Selain jalan ada pula jembatan - jembatan yang dibangun oleh bangsa Eropa. Seperti jembatan yang ada di Kebun Raya Bogor. Jembatan itu dibangun sudah lebih dari 100 tahun yang lalu, namun kualitas jembatan itu sudah tidak perlu diragukan lagi.

     Saat ini sedang terjadi keresahan masyarakat Indonesia terhadap persepak bolaan bangsa ini, bagaimana tidak akibat ulah sekelompok pihak yang gila kekuasaan dan tahta rela membuat persepak bolaan bangsa ini hancur. Pada zaman penjajahan dahulu kita sudah mengetahui bahwa tim sepak bola Indonesia yang pada masa itu masih bernama Hindia Belanda membuat tim - tim dari negara lain cemas. Bagaimana tidak tim yang baru dibangun itu telah berhasil lolos ke dalam turnamen paling bergengsi di Bumi, yaitu Piala Dunia. Dengan berbekal pengetahuan seadanya, para pemuda ini memiliki semangat yang sangat hebat untuk memajukan bangsa Indonesia. 

    Mungkin para pendiri bangsa ini mengharapkan Indonesia akan menjadi negara yang benar - benar teratur dan damai. Indonesia yang diidamkan adalah Indonesia yang seperti ada pada masa penjajahan yaitu masyarakat yang patuh terhadap hukum, masyarakat yang menghargai sesama, masyarakat yang menghargai alam. Namun setelah Indonesia merdeka mulai terlihat jiwa - jiwa pemalas yang ada di jiwa setiap orang Indonesia mulai keluar kembali. Berbeda dengan jiwa pantang menyerah yang ada pada saat mereka mengusir para penjajah. Hukum yang ada saat ini pun sangat jauh berbeda dengan yang ada pada masa dulu, dahulu para masyarakat sangat menghargai penguasa mereka, seperti kepala adat. Namun saat ini hukum dibuat seperti hanya mementingkan beberapa pihak dan merugikan pihak lain, hal ini bagaikan bola yang mudah untuk dimainkan.

    Bangsa ini mulai kehilangan tujuan dan cita - citanya, hal ini terlihat dengan banyaknya kasus korupsi, perang saudara, penghancuran SDA demi keuntungan komersil, dll. Sungai - sungai yang terawat pada masa penjajahan dulu sudah hilang, yang kini ada hanyalah sungai yang penuh dengan sampah. Selain itu sistem tata kota yang mulai kacau, seperti banyaknya penduduk yang mendirikan rumah sembarangan di tepi sungai. Namun lucunya ketika banjir datang, mereka yang mempunyai rumah di tepi sungai meminta agar tidak ada lagi banjir.

     Jadi ketika di masa penjajahan, janganlah kita hanya memandang bahwa bangsa penjajah tersebut hanya membuat bangsa ini sengsara, namun dibalik kesengsaraannya terdapat nilai - nilai positif yang terkandung. 


"Disetiap hal berbau negatif meskipun setitik pastilah terdapat yang positif"
-Bobby Gustiadi- Desember 2012